Mengenal Sejarah dalam Ranah Fikih Syafi’iyah
Di era kehidupan ini, Allah ta’ala telah
mengajarkan kita arti sebuah pertemuan dan perpisahan. Sehingga dengan ini Allah
ta’ala menetapkan adanya syariat akhlak dan adab budi pekerti kepada umat
muslim. Dan Allah telah menyebutkan di
dalam kalamNya untuk saling mengenal :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا ….. (13)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal….” (Q.S. Al Hujurat: 13)
Pada ayat ini
Allah ta’ala telah menyebutkan dengan lafal (an-nas) manusia, hal ini menunjukkan
adanya keumuman makna dan lafal. Dan kita ketahui bahwasannya ayat ini diperuntukan
kepada seluruh manusia pada umumnya, baik muslim atau non muslim. Dari hal tersebut
Allah sedang mengajarkan kita sebagai manusia agar saling mengenal satu sama
lain. Dan nantinya kita dapat belajar dari orang-orang sekitar kita tentang
arti kehidupan, pengalaman, dan ilmu. Sehingga dengan kita saling mengenal satu
sama lain, maka pengetahuan dan wawasan kita akan bertambah.
Apalagi kita
sebagai salah satu bagian dari kaum muslimin, yang mana kaum ini telah dinobatkan
sebagai kaum pemenang oleh zat yang maha tinggi. Hendaklah kita lebih optimis
untuk berusaha saling mengenal sesama kaum muslimin. Terlebih kita mengenal kehidupan
para tokoh serta ulama-ulama terdahulu. Di mana mereka para ulama terdahulu
telah berusaha dengan sekuat tenaga, untuk menyumbangkan ilmunya dalam usaha penyebarluasan pengetahuan
tentang islam hingga pelosok negeri di dunia. Sehingga dengan adanya mereka kita dapat merasakan nikmat dan lezatnya
menggali ilmu hingga detik ini.
Dalam peribahasa Indonesia dikatakan “ tak
kenal maka tak sayang ”. Dengan demikian,
kami akan mencoba menilik dan mengulas sejarah singkat hidup dari salah
seorang ulama salaf, penulis karya sakral sebuah kitab yang berjudul matan
al-ghayah wa At Taqrib dari salah satu mazhab yang paling masyhur di kalangan masyarakat islam indonesia. Adalah mazhab syafi’i. Salah satu mazhab
dari empat mazhab sahih ini, telah diakui oleh dominan masyarakat islam Indonesia
pada umumnya. Tidak lupa kami juga akan mencoba mengulas sedikit tentang seluk
beluk salah satu kitab, yang nantinya akan menjadi pembahasan kita lebih dalam tentang ilmu fiqih.
Kitab ini merupakan karya seorang ulama syafi’iyah, yang berjudul kitab kifayatul
akhyar fil halli ghayatil ikhtishar. Artikel ini tak lain ditujukan terkhusus
untuk ukhty fillah sobat an najma dimanapun anda berada. Semoga bermanfaat.
Ukhty fillah yang disayangi Allah ta’ala...
Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang kitab
fiqih Kifayatul Akhyar fil Halli Ghayatil Ikhtishar, alangkah baiknya
kita mengenal terlebih dahulu cikal bakal penulis kitab At Taqrib yang
merupakan kitab rujukan utama pengikut mazhab syafi’i. Sedangkan kitab
kifayatul akhyar merupakan kitab syarh atau ringkasan dari kitab At Taqrib
yang biasa dikenal dengan sebutan kitab matan Abu Syuja’. Jadi kitab ini
merupakan karya dari seorang pen syarh kitab At Taqrib yang
nantinya akan kami kenalkan lebih dalam insyaAllah.
Cikal bakal kitab matan Abu Syuja’ dipelopori
oleh seorang ulama syafi’iyah yang namanya sangat masyhur hingga zaman
kontenporer saat ini. Adalah beliau Ahmad Bin Husain Al Asfahani atau lebih
dikenal sebagai qadhi Abu Syuja’ As
Syafi’i, beliau merupakan salah satu pengikut mazhab syafi’i pada
zamannya. Nama aslinya ialah Syihabuddin Ahmad Ibnu Al Husaini Bin Shahibul
Kitab, beliau diberi kuniyah dengan gelar Abu Thayyib. Para ulama berbeda
pendapat tentang tahun kelahiran Abu Syuja’, namun pendapat yang disepakati
ialah bahwa Abu Syuja’ dilahirkan di basrah irak pada tahun 433 hijriyah. Ayah
beliau berasal dari ‘Abbadan dan kakek beliau lahir di Asfihan (kota di Iran yang
terletak disekitar 340 km dari ibu kota Iran, Taheran) Persia, yang sekarang
dikenal sebagai negara Iran.
Beliau adalah seorang alim ulama yang faqih,
ahli fikih, imam dan syekh dari mazhab syafi’i dan hidup di abad 5 hijriyah.
Abu Syuja’ lahir di Basrah, dan berkelana untuk mencari ilmu pada mazhab imam syafi’i
selama lebih dari empat puluh tahun. Beliau memperdalam ilmu aqa’id atau
ideologi (aqidatus salaf) para muhaddits, kemudian melanjutkan
perkelanaanya dengan bekerja di masjidil haram.
Abu Syuja’ dikenal sebagai ulama yang
pemberani dalam menegakkan kebenaran dan tidak takut dengan cacian orang lain
dalam menegakkan keadilan. Beliau pernah menjabatsebagai seorang hakim dan
kemudian menjadi menteri. Beliau menjabat menteri usia 47 tahun, pada masa
jabatannya, Abu Syuja’ banyak menyematkan keadilan dan ilmu agama. Beliau
memiliki 10 pembantu yang berkeliling membagikan shadaqah kepada
manusia. Masing-masing dari mereka membawa 1.120 dinar yang akan dibagikan
kepada orang yang berhak. Kemudian beliau menempuh jalan zuhud meninggalkan
kenikmatan duniawi, beliau hijrah ke madinah dan menetap di masjid nabawi
sebagai orang yang bertugas merapikan tikar, menyalakan lampu, membersihkan
masjid nabawi serta menjadi peng khadam hujrah Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau menjalankan tugas tersebut hingga akhir hayatnya.
Abu
Syuja’ di karuniai umur panjang hingga berusia 165 tahun dan dalam keadaan
lanjut usia demikian, tidak ada satupun anggota badan beliau yang cedera.
Lantas orang-orang menanyakan tentang sebab anggota badan beliau sehat hingga
masa tua, beliau menjawab:
حفظنا ها فى الصغار فحفظها الله فى الكبر
“Kami menjaganya(dari dosa) ketika masih muda maka Allah
menjaganya ketika kami tua.”
Pada detik-detik akhir masa hidupnya beliau
hijrah menuju kota Madinah hingga wafat di madinah pada tahun 593 h, dalam usia
156 tahun, dan dimakamkan disebuah ruangan muhalla yang beliau bangun sendiri
didekat masjid nabawi di samping pintu jibril. Wallahu a’ lam bis shawab.
Perlu kita ketahui bahwa syarh dari
kitab al ghyah wa at taqrib terdiri dari beberapa kitab syarh. Diantarannya
ialah kifayatul akhyar fi halli ghayatil ikhtishar karya Imam Abu Bakar
Bin Muhammad Al Husaini, fathul qarib al mujib atau al qaulul mukhtar
fi syarah ghayah al ikhtishar karya Syaikh Muhammad Bin Qasim Al Ghazziy, al
iqna’ fi hall alfadz abi syuja’ karya Imam Muhammad Bin Muhammad Al Khatib
As Syarbini dan sembilan kitab lainnya.
Bagi pelajar fiqih syafi’iyah, kitab kifayatul
akhyar tak kalah pentingnya dari kitab ghayah wa taqrib yang biasa
dikenal dengan kitab matan taqrib atau ada juga yang menyebutnya sebagai
ghayah al ikhtishar atau mukhtashar abu syuja’ sebagai kitab
rujukan mazhab ini. Kitab kifayatul akhyar merupakan kitab syarh fiqih
syafi’i dari kitab ghayah wa taqrib milik Abu Syuja’ yang lengkap,
dimana kitab ini memulai pembahasan mengenai awal bab thaharah hingga
bab al ‘itq. Kitab ini merupakan hasil jerih Imam Abu Bakar Bin Qasim
Al-Ghazziy. Kitab kifayatul akhyar merupakan salah satu kitab karya syarh
dari matan Abu Syuja’ yang sudah menjadi kitab fenomenal dikalangan kaum
muslimin hingga zaman kontenporer seperti sekarang ini.
Sekilas tentang buku kifayatul akhyar,
buku ini berisi tentang ilmu fiqih ringkas, namun cukup lengkap dan padat
pembahasannya serta terkesan sempurna. Merupakan karya dari seorang alim ulama
yang masyhur dikalangan syafi’iyah abad 9 hijriyyah, yaitu Al
Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al Husaini, penganut mazhab syafi’i
yang tinggal dan menetap di kota Damaskus (Syiria). Asal naskah asli matan
teksnya berasal dari suatu sumber yang semula disusun oleh pakar ilmu fiqih
yang tersohor di kalangan kita dimana namanya tidak asing lagi namanya sering
dikenal di dunia islam, ialah Abu Syuja’ Al Asfahani.
Dalam muqaddimah nya Imam Taqiyuddin memaparkan
sebuah kata
ماعبدالله سبحانه بشئ أفضل من فقه في الدين
“Tiada sesuatu yang dipandang sebagai ibadah
disisi Allah SWT yang lebih utama daripada pengetahuan di dalam agama.”
Imam Taqiyuddin mengatakan “kitabku diberi
nama kifayatul akhyaar fii halli ghaayatil ikhtishaar. Aku memohon kepada Allah
ta’ala, semoga Dia berkenan menyelamatkanku dan orang-orang shalih dari murka
dan siksaNya.”
Demikian sedikit ilmu yang dapat kami
sampaikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kebarakahan ilmu imam
Abu Syuja’, Imam Taqiyuddin serta ulama-ulama salaf yang shalih, tidak lain
pula kepada kita semua. Dan semoga Allah melimpahkan taufiq serta hidayahNya
kepada kita semua agar senantiasa mengikuti jejak langkah beliau demi
menegakkan agama islam dimuka bumi ini.wallahu a’lam bis shawab.
Referensi :
·
kifayah al-akhyar fi hal ghayah al-ikhtisar, karya Imam Taqiyuddin Bin Muhammad Al-Husaini
Al-Hishni Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i. Tahqiq Dan Takhrij Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth.
Cet Darul Batsair, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut, 2012.
·
Ppt ustadzah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar