Kamis, 17 Agustus 2017

Apa Itu Al Wujuh Wan An Nadzoir




  1. AL WUJUH WA AN NADZOIR




    Makalah ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ushul Tafsir
    Dosen Pengampu: Usth.Al-‘Aina Al-Mardhiyyah

    Disusun Oleh:
    Nuha Nabila
    Nuha Shofia
    Nida’ul Ibtihal Ishmah
    Tasnim
    Uswatun Hasanah
    AL-MA'HAD AL-'ALY LID DIRASAH AL-ISLAMIYYAH
    HIDAYATURRAHMAN
    SRAGEN
    Tahun Ajaran 2016/2017
    I. PENDAHULUAN
Al qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada umat Islam sebagai wahyu yang diberikan kepada nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa salam. Kalamullah yang tidak dapat digantikan oleh kitab apapun, tidak ada seorang pun yang dapat menyamainya, tidak akan ada seorang pun yang dapat mengalahkan semua kebeneran yang terkandung didalamnya. Sastra bahasa yang begitu indah, ilmu-ilmu yang terkandung telah memamatahkan penelitian-penelitian yang ada jauh berabad-abad yang lalu Allah subhanahu wa ta’ala telah menuliskan dan menjelaskan semua ciptaanNya didalam Al qur’an pula yang menjadi penerang dan petunjuk bagi umat Islam, sebagai syafa’at di akhir zaman bagi yang benar-benar mengikutinya.
 Keistimewaan yang lain ialah Al qur’an menjelaskan makna ayat-ayatNya secara global tidak secara terperinci. Tidak cukup sampai itu saja, Allah memberi izin kepada Rasulullah untuk menafsirkan ayat-ayatNya. Dari Rasulullah hingga saat ini dilanjutkan oleh para mufassir. Tidak mudah menjadi seorang mufassir keahlian dalam memahami bahasa arab, kaidah dan metode yang benar menjadi syarat penting menjadi seorang mufassir.
Terkait dengan kaidah dalam menafsirkan Al qur’an tidak akan luput dari salah satu kaidah yang akan dibahas pada makalah ini. Al wujuh wa nadzoir, menambah pengetahuan akan isi Al qur’an , kita sering menemukan lafadz yang serupa diberbagai ayat Al qur’an . Lalu apakah lafadz yang serupa tersebut memiliki makna yang sama atau dapat ditafsirkan dengan makna yang lain? Inilah yang akan dipaparkan dalam makalah ini.

  1. PEMBAHASAN
1.   PENGERTIAN AL WUJUH WAN NADZOIR
          Pembahasan dalam bab ini merupakan salah satu kaidah tafsir Al qur’an dalam menafsirkan ayat Al qur’an . Oleh karena itu, wajib bagi mufassir menguasai kaidah ini. Tidak jarang kita temukan satu lafadz yang serupa dan diulang-ulang diberbagai ayat Al qur’an. Namun, jika diteliti lafadz-lafadz tersebut memiliki makna atau arti yang berbeda didalam setiap konteksnya. Ketika tidak menguasai kaidah ini akan menimbulkan makna yang rancu. Berikut pengertiannya:
1.      Secara Bahasa
a.    Al Wujuh
Berasal dari kata bahasa arab jama’ dari kata wajhun. Yang berarti segala sesuatu memiliki keseragaman atau keserupaan.
b.    Wajhul kalam
Alat atau sarana yang digunakan untuk memahamkan oranglain untuk menunjukkan kandungan atau maksud dari suatu lafadz.
c.    Nadzoir
Jama’ dari nadzrun yang artinya yang memiliki keserupaan dalam bentuknya baik dari segi akhlak, perilaku, dan perkataan.
2.      Secara Istilah
Para ulama’ berbeda pendapat dalam menjelaskan istilah kaidah ini, sebagai berikut:
a.    Menurut Ibnu Jauzy dan lainnya.
Makna dari al wujuh wa nadzoir adalah satu lafadz yang terdapat diberbagai tempat dalam Al qur’an , yang serupa dalam lafadz dan harakatnya. Namun, memiliki makna yang berbeda-beda didalam setiap konteksnya. Dengan kata kunci yang dimaksud an nadzoir ( Satu kata atau lafadz yang sama diberbagai tempat dalam Al qur’an ), sedangkan al wujuh ( penjelasan dari satu lafadz atau kata yang sama yang memiliki makna yang berbeda-beda).
b.   Menurut Azarkasy dan lainnya.
Al wujuh ialah lafadz yang memiliki makna lebih dari satu, contoh: kata الأمّة sedangkan contoh An nadzoir:
Menurut Azarkasy bahwa kaidah ini memiliki ikatan yang dekat dengan akal manusia, jika kita mengatakan al wujuh berarti makna yang berbeda-beda dari satu lafadz yang ada, adapaun lafadz tersebut memiliki makna lebih dari satu.

3.    PEMBAHASAN ILMU AL WUJUH WAN NADZOIR
Kaidah ini menjelaskan kepada kita , bahwa lafadz serupa dalam Al qur’an yang diulang-ulang diberbagai tempat dalam ayat Al qur’an baik pengulangannya dari segi lafadznya yang asli ataupun pecahan dari lafadz tersebut (musytaq) namun, memiliki makna yang berbeda-beda disesuaikan konteks setiap ayat.

4.    URGENSI ILMU WUJUH WAN NADZOIR
      Al qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan Bahasa arab. Al qur’an pun turun dengan lisan berbahasa arab. Tak ajarang kita temukan, terkadang pengungkapan suatu kalimat dari satu orang dengan orang yang lain menggunakan lafadz yang berbeda-beda namun, memiliki makna yang sama, ada juga pengungkapannya menggunakan satu lafadz yang sama tapi, setiap oranagnya memiliki maksud atau makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, karena mengandung makna yang beragam dibutuhkan penafsiran dari setiap lafadz.
Melihat pentingnya mengetahui kaidah ini, bagi seorang mufassir berkeharusan mengetahui kaidah ini. karena tidak diperbolehkan seorangpun menafsirkan suatu lafadz tanpa memahami ilmu, makna serta cara penggunaan lafadz tersebut sesui dengan pemahaman aqidah yang benar. Bahkan ketika salah dalam menetapakan suatu hukum seorang mufassir akan mendapat pahalanya. Berbeda dengan seseorang yang menafsirkan suatu lafadz tanpa mengetahui dan memahami suatu ayat, akibat yang akan terjadi adalah penafsiran lafadz tersebut menjadi salah dan dapat melenceng dari aqidah yang benar. Urgensi yang lain, mengambil perkataan dari Abu Darda’, beliau berkata,”Sungguh tidak akan seorangpun yang dapat memahami seluruh ilmu hingga ia mengetahui wujuh dari Qur’anul karim”.

A.    PERKEMBANGAN DAN PENYEBARANYA
      Ilmu al wujuh wa an nadhoir  telah berkembang sejak awal permulaan islam. Seperti apa yang telah kami bahas sebelumnya atas perkataan abu darda’ radhiyahu ‘anhu “sekali-kali kamu tidak dapat memahami ilmu-ilmu fiqih sampai kamu faham persamaan kalimat ( al wujuh) dalam Al qur’an . Hal ini juga menjadi sebuah pengetahuan yang penting bagi para sahabat radhiyallahu anhum, seperti apa yang telah dikatakan sahabat aly radhiyallahu anhu kepada ibnu abbas radhiyallahu anhuma ketika megutusnya menuju kelompok khawarij “ pergilah kamu kepada mereka (khawarij) maka bantahlah mereka, dan janganlah kamu berhujjah kepada meeka denagn Al qur’an karena ia (Al qur’an ) mempunyai cabang makna. Akan tetapi bantahlah mereka dengan as sunnah”. Dan ketika ibnu abbas radhiyallahu anhuma berkata kepada ali radiyallahu anhu “Wahai amirul mukminin sesungguhnya aku lebih tahu tentang Al qur’an dari pada mereka  dan pada rumah kami Al qur’an diturunkan”. Maka ali radiyallahu anhu  pun menjawab “kamu benar, akan tetapi Al qur’an mengandung banyak makna. Kamu berpendapat dan mereka berpendapat, akan tetapi apabila kamu membantah mereka dengan as sunnah  maka mereka tidak akan mendapati darinya alasan”. Maka keluarlah ia kepada mereka dan membantah mereka dengan as sunnah, sehingga mereka tidak menyisakan pada tangan-tangan mereka hujjah
            Dan diriwayakan dari Ubai Bin Ka’ab radhiyallahu anhu, bahwasannya beliau berkata “setiap apa yang ada didalam Al qur’an  yaitu (ar riyaah) angina bermakna rahmat, dan setiap apa yang ada dalam Al qur’an yakni (ar riih) ia bermakna adzab”.
Dan diriwayatkan dari sa’id bin jubair bahwasannya beliau berkata “ Al ‘ufufi dalam Al qur’an bermakna tiga yakni dibawah ini :
1.    Di jauhkan dari dosa-dosa
2.    Bermakna nafkah (( ويسألونك ماذا ينفقون قل العفو قى ))
3.    Berbuat baik kepada sesama manusia
 ((الا ان يعفون او يعفوا الذى بيده عقدة النكاح ج )) 

Masih banyak lagi bukti dan persaksian yang menunjukkan adanya perkembangan ilmu ini pada masa rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam, sahabat, dan tabi’in  radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Penulisan dan pembukuan ilmu al wujuh wa an nadhair pada masa ini belum terjadi, Akan tetapi pembukuan terjadi pada abad ke dua yaitu kitab yang berjudul “al asybah wa an nadhair fil qur’anil karim” oleh Muqothil Bin Sulaiman.Kitab tentang al wujuh wa an nadhair sebelumnya telah dinisbatkan oleh Akramah Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dan kepada Ali Bin Abi Talhah dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma.


B.     KARYA-KARYA DALAM  ILMU AL-WUJUH WA AN-NADHOIR
1.      Al-Asybah Wa An-Nadhoir Fil Qur’anil Karim : Maqotil Bin Sulaiman Al-Balkhi
2.      Maa Ittafaqo Lafdhuhu Wakhtalafa Ma’naahu MinAl qur’an il Majiid : Abu Abbas Al-Mubarrid
3.      Tahsiilu Nadhooiril Qur’an : Al-Hakim At-Tirmidzi
4.      Al-Wujuh Wa An-Nadhoir Fil Qur’anil Karim : Abu Abdulloh Ad-Damighooni
5.      Nuzhatul A’yan An-Nadhoir Fi ‘Ilmi Al-Wujuh Wa An-Nadhoir : Abu Al-Farj Abdurrohman Bin Al-Jauzi
6.      Kasyfu As-Sarooir Fi Ma’na Al-Asybah Wa An-Nadhoir : Ibnu Al-‘Imad





  1. PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan:
1.      Pengertian al wujuh wa nadzoir secara istilah ialah satu lafadz yang serupa dalam lafadz dan harakatnya tertullis di berbagai tempat dalam Al qur’an yang memiliki makna beragam sesuai dengan konteks disetiap ayatnya.
2.      Penting bagi seorang mufassir untuk mengetahui dan memahami kaidah ini.

B.     SARAN
Bagi seseorang yang ingin menafsirkan al-qur’an, alangkah baiknya mengetahui dan memahami kaedah ilmu bahasa arab dengan baik terlebih dahulu, karena tidak di perboleh menafsirkan al-qur’an apabila belum mengetahui maknanya serta penggunaan lafadznya secara rinci, karena dapat mempengaruhi dalam pemahaman aqidah yang shahihah.