Sabtu, 18 Agustus 2018

mengenal lebih dekat abu syuja'



Mengenal Sejarah dalam Ranah Fiqih Syafi’iyah

Di era kehidupan ini, Allah ta’ala telah mengajarkan kita arti sebuah pertemuan dan perpisahan. Sehingga dengan ini Allah ta’ala menetapkan adanya syariat akhlak dan adab budi pekerti kepada umat muslim. Dan Allah telah menyebutkan  di dalam kalamNya untuk saling mengenal :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ….. (13)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal….” (Q.S. Al Hujurat: 13)
Pada ayat ini Allah ta’ala telah menyebutkan dengan lafal (an-nas) manusia, hal ini menunjukkan adanya keumuman makna dan lafal. Dan kita ketahui bahwasannya ayat ini diperuntukan kepada seluruh manusia pada umumnya, baik muslim atau non muslim. Dari hal tersebut Allah sedang mengajarkan kita sebagai manusia agar saling mengenal satu sama lain. Dan nantinya kita dapat belajar dari orang-orang sekitar kita tentang arti kehidupan, pengalaman, dan ilmu. Sehingga dengan kita saling mengenal satu sama lain, maka pengetahuan dan wawasan kita akan bertambah.
Apalagi kita sebagai salah satu bagian dari kaum muslimin, yang mana kaum ini telah dinobatkan sebagai kaum pemenang oleh zat yang maha tinggi. Hendaklah kita lebih optimis untuk berusaha saling mengenal sesama kaum muslimin. Terlebih kita mengenal kehidupan para tokoh serta ulama-ulama terdahulu. Di mana mereka para ulama terdahulu telah berusaha dengan sekuat tenaga, untuk menyumbangkan  ilmunya dalam usaha penyebarluasan pengetahuan tentang islam hingga pelosok negeri di dunia. Sehingga dengan adanya mereka  kita dapat merasakan nikmat dan lezatnya menggali ilmu hingga detik ini.
Dalam peribahasa Indonesia dikatakan “ tak kenal maka tak sayang ”. Dengan demikian,  kami akan mencoba menilik dan mengulas sejarah singkat hidup dari salah seorang ulama salaf, penulis karya sakral sebuah kitab yang berjudul matan al-ghayah wa At Taqrib dari salah satu mazhab yang paling  masyhur di kalangan masyarakat islam  indonesia. Adalah mazhab syafi’i. Salah satu mazhab dari empat mazhab sahih ini, telah diakui oleh dominan masyarakat islam Indonesia pada umumnya. Tidak lupa kami juga akan mencoba mengulas sedikit tentang seluk beluk salah satu kitab, yang nantinya akan menjadi  pembahasan kita lebih dalam tentang ilmu fiqih. Kitab ini merupakan karya seorang ulama syafi’iyah, yang berjudul kitab kifayatul akhyar fil halli ghayatil ikhtishar. Artikel ini tak lain ditujukan terkhusus untuk ukhty fillah sobat an najma dimanapun anda berada. Semoga bermanfaat.
Ukhty fillah yang disayangi Allah ta’ala...
Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang kitab fiqih Kifayatul Akhyar fil Halli Ghayatil Ikhtishar, alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu cikal bakal penulis kitab At Taqrib yang merupakan kitab rujukan utama pengikut mazhab syafi’i. Sedangkan kitab kifayatul akhyar merupakan kitab syarh atau ringkasan dari kitab At Taqrib yang biasa dikenal dengan sebutan kitab matan Abu Syuja’. Jadi kitab ini merupakan karya dari seorang pen syarh kitab At Taqrib yang nantinya akan kami kenalkan lebih dalam insyaAllah.
Cikal bakal kitab matan Abu Syuja’ dipelopori oleh seorang ulama syafi’iyah yang namanya sangat masyhur hingga zaman kontenporer saat ini. Adalah beliau Ahmad Bin Husain Al Asfahani atau lebih dikenal sebagai qadhi  Abu Syuja’ As Syafi’i, beliau merupakan salah satu pengikut mazhab syafi’i pada zamannya. Nama aslinya ialah Syihabuddin Ahmad Ibnu Al Husaini Bin Shahibul Kitab, beliau diberi kuniyah dengan gelar Abu Thayyib. Para ulama berbeda pendapat tentang tahun kelahiran Abu Syuja’, namun pendapat yang disepakati ialah bahwa Abu Syuja’ dilahirkan di basrah irak pada tahun 433 hijriyah. Ayah beliau berasal dari ‘Abbadan dan kakek beliau lahir di Asfihan (kota di Iran yang terletak disekitar 340 km dari ibu kota Iran, Taheran) Persia, yang sekarang dikenal sebagai negara Iran.
Beliau adalah seorang alim ulama yang faqih, ahli fikih, imam dan syekh dari mazhab syafi’i dan hidup di abad 5 hijriyah. Abu Syuja’ lahir di Basrah, dan berkelana untuk mencari ilmu pada mazhab imam syafi’i selama lebih dari empat puluh tahun. Beliau memperdalam ilmu aqa’id atau ideologi (aqidatus salaf) para muhaddits, kemudian melanjutkan perkelanaanya dengan bekerja di masjidil haram.
Abu Syuja’ dikenal sebagai ulama yang pemberani dalam menegakkan kebenaran dan tidak takut dengan cacian orang lain dalam menegakkan keadilan. Beliau pernah menjabatsebagai seorang hakim dan kemudian menjadi menteri. Beliau menjabat menteri usia 47 tahun, pada masa jabatannya, Abu Syuja’ banyak menyematkan keadilan dan ilmu agama. Beliau memiliki 10 pembantu yang berkeliling membagikan shadaqah kepada manusia. Masing-masing dari mereka membawa 1.120 dinar yang akan dibagikan kepada orang yang berhak. Kemudian beliau menempuh jalan zuhud meninggalkan kenikmatan duniawi, beliau hijrah ke madinah dan menetap di masjid nabawi sebagai orang yang bertugas merapikan tikar, menyalakan lampu, membersihkan masjid nabawi serta menjadi peng khadam hujrah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjalankan tugas tersebut hingga akhir hayatnya.
 Abu Syuja’ di karuniai umur panjang hingga berusia 165 tahun dan dalam keadaan lanjut usia demikian, tidak ada satupun anggota badan beliau yang cedera. Lantas orang-orang menanyakan tentang sebab anggota badan beliau sehat hingga masa tua, beliau menjawab:
حفظنا ها فى الصغار فحفظها الله فى الكبر
Kami menjaganya(dari dosa) ketika masih muda maka Allah menjaganya ketika kami tua.
Pada detik-detik akhir masa hidupnya beliau hijrah menuju kota Madinah hingga wafat di madinah pada tahun 593 h, dalam usia 156 tahun, dan dimakamkan disebuah ruangan muhalla yang beliau bangun sendiri didekat masjid nabawi di samping pintu jibril. Wallahu a’ lam bis shawab.
Perlu kita ketahui bahwa syarh dari kitab al ghyah wa at taqrib terdiri dari beberapa kitab syarh. Diantarannya ialah kifayatul akhyar fi halli ghayatil ikhtishar karya Imam Abu Bakar Bin Muhammad Al Husaini, fathul qarib al mujib atau al qaulul mukhtar fi syarah ghayah al ikhtishar karya Syaikh Muhammad Bin Qasim Al Ghazziy, al iqna’ fi hall alfadz abi syuja’ karya Imam Muhammad Bin Muhammad Al Khatib As Syarbini dan sembilan kitab lainnya.
Bagi pelajar fiqih syafi’iyah, kitab kifayatul akhyar tak kalah pentingnya dari kitab ghayah wa taqrib yang biasa dikenal dengan kitab matan taqrib atau ada juga yang menyebutnya sebagai ghayah al ikhtishar atau mukhtashar abu syuja’ sebagai kitab rujukan mazhab ini. Kitab kifayatul akhyar merupakan kitab syarh fiqih syafi’i dari kitab ghayah wa taqrib milik Abu Syuja’ yang lengkap, dimana kitab ini memulai pembahasan mengenai awal bab thaharah hingga bab al ‘itq. Kitab ini merupakan hasil jerih Imam Abu Bakar Bin Qasim Al-Ghazziy. Kitab kifayatul akhyar merupakan salah satu kitab karya syarh dari matan Abu Syuja’ yang sudah menjadi kitab fenomenal dikalangan kaum muslimin hingga zaman kontenporer seperti sekarang ini.
Sekilas tentang buku kifayatul akhyar, buku ini berisi tentang ilmu fiqih ringkas, namun cukup lengkap dan padat pembahasannya serta terkesan sempurna. Merupakan karya dari seorang alim ulama yang masyhur dikalangan syafi’iyah abad 9 hijriyyah, yaitu Al Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al Husaini, penganut mazhab syafi’i yang tinggal dan menetap di kota Damaskus (Syiria). Asal naskah asli matan teksnya berasal dari suatu sumber yang semula disusun oleh pakar ilmu fiqih yang tersohor di kalangan kita dimana namanya tidak asing lagi namanya sering dikenal di dunia islam, ialah Abu Syuja’ Al Asfahani.
Dalam muqaddimah nya Imam Taqiyuddin memaparkan sebuah kata
ماعبدالله سبحانه بشئ أفضل من فقه في الدين
“Tiada sesuatu yang dipandang sebagai ibadah disisi Allah SWT yang lebih utama daripada pengetahuan di dalam agama.”
Imam Taqiyuddin mengatakan “kitabku diberi nama kifayatul akhyaar fii halli ghaayatil ikhtishaar. Aku memohon kepada Allah ta’ala, semoga Dia berkenan menyelamatkanku dan orang-orang shalih dari murka dan siksaNya.
Demikian sedikit ilmu yang dapat kami sampaikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kebarakahan ilmu imam Abu Syuja’, Imam Taqiyuddin serta ulama-ulama salaf yang shalih, tidak lain pula kepada kita semua. Dan semoga Allah melimpahkan taufiq serta hidayahNya kepada kita semua agar senantiasa mengikuti jejak langkah beliau demi menegakkan agama islam dimuka bumi ini.wallahu a’lam bis shawab.


Referensi :
·         kifayah al-akhyar fi hal ghayah al-ikhtisar, karya Imam Taqiyuddin Bin Muhammad Al-Husaini Al-Hishni Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i. Tahqiq Dan Takhrij Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth. Cet Darul Batsair, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut, 2012.
·         Ppt ustadzah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar