- AL WUJUH WA AN NADZOIRMakalah ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ushul TafsirDosen Pengampu: Usth.Al-‘Aina Al-MardhiyyahDisusun Oleh:Nuha NabilaNuha ShofiaNida’ul Ibtihal IshmahTasnimUswatun HasanahAL-MA'HAD AL-'ALY LID DIRASAH AL-ISLAMIYYAHHIDAYATURRAHMANSRAGENTahun Ajaran 2016/2017I. PENDAHULUAN
Al qur’an merupakan
mukjizat terbesar yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada umat
Islam sebagai wahyu yang diberikan kepada nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa
salam. Kalamullah yang tidak dapat digantikan oleh kitab apapun, tidak ada
seorang pun yang dapat menyamainya, tidak akan ada seorang pun yang dapat
mengalahkan semua kebeneran yang terkandung didalamnya. Sastra bahasa yang
begitu indah, ilmu-ilmu yang terkandung telah memamatahkan
penelitian-penelitian yang ada jauh berabad-abad yang lalu Allah subhanahu
wa ta’ala telah menuliskan dan menjelaskan semua ciptaanNya didalam Al
qur’an pula yang menjadi penerang dan petunjuk bagi umat Islam, sebagai
syafa’at di akhir zaman bagi yang benar-benar mengikutinya.
Keistimewaan yang lain ialah
Al qur’an menjelaskan makna ayat-ayatNya secara global tidak secara terperinci.
Tidak cukup sampai itu saja, Allah memberi izin kepada Rasulullah untuk
menafsirkan ayat-ayatNya. Dari Rasulullah hingga saat ini
dilanjutkan oleh para mufassir. Tidak mudah menjadi seorang mufassir keahlian
dalam memahami bahasa arab, kaidah dan metode yang benar menjadi syarat penting
menjadi seorang mufassir.
Terkait dengan
kaidah dalam menafsirkan Al qur’an tidak akan luput dari salah satu kaidah yang
akan dibahas pada makalah ini. Al wujuh wa nadzoir, menambah pengetahuan
akan isi Al qur’an , kita sering menemukan lafadz yang serupa diberbagai ayat Al
qur’an . Lalu apakah lafadz yang serupa tersebut memiliki makna yang sama atau
dapat ditafsirkan dengan makna yang lain? Inilah yang akan dipaparkan dalam
makalah ini.
- PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN AL WUJUH WAN NADZOIR
Pembahasan dalam bab ini merupakan
salah satu kaidah tafsir Al qur’an dalam menafsirkan ayat Al qur’an . Oleh
karena itu, wajib bagi mufassir menguasai kaidah ini. Tidak jarang kita temukan
satu lafadz yang serupa dan diulang-ulang diberbagai ayat Al qur’an. Namun,
jika diteliti lafadz-lafadz tersebut memiliki makna atau arti yang berbeda
didalam setiap konteksnya. Ketika tidak menguasai kaidah ini akan menimbulkan makna yang rancu.
Berikut pengertiannya:
1.
Secara
Bahasa
a. Al Wujuh
Berasal dari
kata bahasa arab jama’ dari kata wajhun. Yang berarti segala sesuatu memiliki
keseragaman atau keserupaan.
b. Wajhul kalam
Alat atau
sarana yang digunakan untuk memahamkan oranglain untuk menunjukkan kandungan
atau maksud dari suatu lafadz.
c. Nadzoir
Jama’ dari nadzrun
yang artinya yang memiliki keserupaan dalam bentuknya baik dari segi
akhlak, perilaku, dan perkataan.
2. Secara Istilah
Para ulama’ berbeda pendapat dalam menjelaskan istilah kaidah ini,
sebagai berikut:
a. Menurut Ibnu Jauzy dan lainnya.
Makna dari al
wujuh wa nadzoir adalah satu lafadz yang terdapat diberbagai tempat dalam Al
qur’an , yang serupa dalam lafadz dan harakatnya. Namun,
memiliki makna yang berbeda-beda didalam setiap konteksnya. Dengan kata
kunci yang dimaksud an nadzoir ( Satu kata atau lafadz yang sama
diberbagai tempat dalam Al qur’an ), sedangkan al wujuh ( penjelasan dari satu
lafadz atau kata yang sama yang memiliki makna yang berbeda-beda).
b. Menurut Azarkasy dan lainnya.
Al wujuh ialah lafadz yang memiliki makna lebih dari satu, contoh: kata الأمّة sedangkan
contoh An nadzoir:
Menurut
Azarkasy bahwa kaidah ini memiliki ikatan yang dekat dengan akal manusia, jika
kita mengatakan al wujuh berarti makna yang berbeda-beda dari
satu lafadz yang ada, adapaun lafadz tersebut memiliki makna lebih dari satu.
3.
PEMBAHASAN ILMU AL WUJUH WAN NADZOIR
Kaidah ini menjelaskan kepada kita , bahwa lafadz serupa dalam Al
qur’an yang diulang-ulang diberbagai tempat dalam ayat Al qur’an baik
pengulangannya dari segi lafadznya yang asli ataupun pecahan dari lafadz
tersebut (musytaq) namun, memiliki makna yang berbeda-beda disesuaikan
konteks setiap ayat.
4. URGENSI ILMU WUJUH WAN NADZOIR
Al
qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan Bahasa arab. Al
qur’an pun turun dengan lisan berbahasa arab. Tak ajarang kita temukan,
terkadang pengungkapan suatu kalimat dari satu orang dengan orang yang lain
menggunakan lafadz yang berbeda-beda namun, memiliki makna yang sama, ada juga
pengungkapannya menggunakan satu lafadz yang sama tapi, setiap oranagnya
memiliki maksud atau makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, karena
mengandung makna yang beragam dibutuhkan penafsiran dari setiap lafadz.
Melihat
pentingnya mengetahui kaidah ini, bagi seorang mufassir berkeharusan mengetahui
kaidah ini. karena tidak diperbolehkan seorangpun menafsirkan suatu lafadz tanpa
memahami ilmu, makna serta cara penggunaan lafadz tersebut sesui dengan
pemahaman aqidah yang benar. Bahkan ketika salah dalam menetapakan suatu hukum
seorang mufassir akan mendapat pahalanya. Berbeda dengan seseorang yang
menafsirkan suatu lafadz tanpa mengetahui dan memahami suatu ayat, akibat yang
akan terjadi adalah penafsiran lafadz tersebut menjadi salah dan dapat
melenceng dari aqidah yang benar. Urgensi yang lain, mengambil perkataan dari
Abu Darda’, beliau berkata,”Sungguh tidak akan seorangpun yang dapat
memahami seluruh ilmu hingga ia mengetahui wujuh dari Qur’anul karim”.
A. PERKEMBANGAN DAN PENYEBARANYA
Ilmu al wujuh wa
an nadhoir telah berkembang sejak
awal permulaan islam. Seperti apa yang telah kami bahas
sebelumnya atas perkataan abu darda’ radhiyahu ‘anhu “sekali-kali kamu tidak
dapat memahami ilmu-ilmu fiqih sampai kamu faham persamaan kalimat ( al wujuh)
dalam Al qur’an . Hal ini juga menjadi sebuah pengetahuan yang penting bagi
para sahabat radhiyallahu anhum, seperti apa yang telah dikatakan sahabat aly
radhiyallahu anhu kepada ibnu abbas radhiyallahu anhuma ketika megutusnya
menuju kelompok khawarij “ pergilah kamu kepada mereka (khawarij)
maka bantahlah mereka, dan janganlah kamu berhujjah kepada meeka denagn Al
qur’an karena ia (Al qur’an ) mempunyai cabang makna. Akan tetapi bantahlah
mereka dengan as sunnah”. Dan ketika ibnu abbas radhiyallahu anhuma berkata
kepada ali radiyallahu anhu “Wahai amirul mukminin sesungguhnya aku lebih tahu
tentang Al qur’an dari pada mereka dan
pada rumah kami Al qur’an diturunkan”. Maka ali radiyallahu anhu pun menjawab “kamu benar, akan tetapi Al
qur’an mengandung banyak makna. Kamu berpendapat dan mereka berpendapat, akan
tetapi apabila kamu membantah mereka dengan as sunnah maka mereka tidak akan mendapati darinya
alasan”. Maka keluarlah ia kepada mereka dan membantah mereka dengan as sunnah,
sehingga mereka tidak menyisakan pada tangan-tangan mereka hujjah
Dan
diriwayakan dari Ubai Bin Ka’ab radhiyallahu anhu, bahwasannya beliau berkata
“setiap apa yang ada didalam Al qur’an yaitu (ar riyaah) angina bermakna
rahmat, dan setiap apa yang ada dalam Al qur’an yakni (ar riih) ia
bermakna adzab”.
Dan
diriwayatkan dari sa’id bin jubair bahwasannya beliau berkata “ Al ‘ufufi
dalam Al qur’an bermakna tiga yakni dibawah ini :
1.
Di jauhkan dari dosa-dosa
2.
Bermakna nafkah (( ويسألونك ماذا ينفقون قل العفو قى ))
3.
Berbuat baik kepada sesama manusia
((الا ان يعفون او يعفوا الذى بيده عقدة النكاح ج
))
Masih banyak
lagi bukti dan persaksian yang menunjukkan adanya perkembangan ilmu ini pada
masa rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam, sahabat, dan tabi’in radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Penulisan
dan pembukuan ilmu al wujuh wa an nadhair pada masa ini belum terjadi, Akan
tetapi pembukuan terjadi pada abad ke dua yaitu kitab yang berjudul “al
asybah wa an nadhair fil qur’anil karim” oleh Muqothil Bin Sulaiman.Kitab
tentang al wujuh wa an nadhair sebelumnya telah dinisbatkan oleh Akramah Dari
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dan kepada Ali Bin Abi Talhah dari Ibnu Abbas
radhiyallahu anhuma.
B.
KARYA-KARYA DALAM ILMU AL-WUJUH WA AN-NADHOIR
1. Al-Asybah Wa
An-Nadhoir Fil Qur’anil Karim : Maqotil Bin Sulaiman Al-Balkhi
2. Maa Ittafaqo
Lafdhuhu Wakhtalafa Ma’naahu MinAl qur’an il Majiid : Abu Abbas Al-Mubarrid
3. Tahsiilu
Nadhooiril Qur’an : Al-Hakim
At-Tirmidzi
4. Al-Wujuh Wa
An-Nadhoir Fil Qur’anil Karim : Abu Abdulloh Ad-Damighooni
5. Nuzhatul
A’yan An-Nadhoir Fi ‘Ilmi Al-Wujuh Wa An-Nadhoir : Abu Al-Farj Abdurrohman Bin Al-Jauzi
6. Kasyfu
As-Sarooir Fi Ma’na Al-Asybah Wa An-Nadhoir : Ibnu Al-‘Imad
- PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan
di atas maka dapat disimpulkan:
1.
Pengertian al wujuh wa nadzoir secara istilah ialah satu
lafadz yang serupa dalam lafadz dan harakatnya tertullis di berbagai tempat
dalam Al qur’an yang memiliki makna beragam sesuai dengan konteks disetiap
ayatnya.
2.
Penting bagi seorang mufassir untuk
mengetahui dan memahami kaidah ini.
B. SARAN
Bagi seseorang yang ingin
menafsirkan al-qur’an, alangkah baiknya mengetahui dan memahami kaedah ilmu bahasa arab
dengan baik terlebih
dahulu, karena
tidak di perboleh menafsirkan al-qur’an apabila belum mengetahui
maknanya serta penggunaan lafadznya secara rinci, karena
dapat mempengaruhi
dalam pemahaman
aqidah yang shahihah.