Kamis, 17 Agustus 2017

Membongkar Kebohongan Nushron Wahid





MEMBONGKAR KEBOHONGAN NUSHRON WAHID
(Studi Kritik Pemikiran Nushron Wahid Dalam Penafsiran)


Makalah ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ushul Tafsir
Dosen Pengampu: Usth.Al-‘Aina Al-Mardhiyyah


Disusun Oleh:
Uswatun Hasanah
NIM: 016.011.0252
AL-MA'HAD AL-'ALY LID DIRASAH AL-ISLAMIYYAH
HIDAYATURRAHMAN
SRAGEN
2016 – 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah meninggikan langit tanpa tiang dan menghiasinya dengan bintang-bintang.Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada nabiyullah Muhammad SAW yang dengan izinNya dapat membelah bulan dan menjadikannya sebagai penguat keimanan.
Tujuan kami menulis makalah ini tak lain adalah untuk meneliti mengenai kabar yang akhir-akhir ini menjadi topic trendy,seputar pendapat yang diutarakan oleh  seorang politikus asal kudus yaitu Nushron Wahid tentang pidato Basuki Tjahaja Purnama yang menghina surat Al-Maidah ayat 51.
Dengan terselesainya makalah ini kami mengharap  adanya kritik dan saran  atas kekurangan kami dalam menyusun makalah ini,dan semoga makalah ini dapat bermanfaat serta berguna khususnya bagi penulis dan mahasantri Hidayaturrahman pada umumnya.

      Sragen,6 September 2016

Uswatun Hasanah






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..…………………………………………………………...2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…..3
BAB I   PENDAHULUAN………………………………………………………..5
1.1.            LATAR BELAKANG…………………………………………… 5
1.2.            RUMUSAN MASALAH………………………………………… 5
1.3.            TUJUAN PENELITIAN…………………………………………. 5
BAB II GAGASAN NUSHRON WAHID TENTANG TAFSIR……………...….7
2.1              Biografi Nushron Wahid …..……………….…………………..... 7
2.1.1. Nama …………..………………………………….……..... 7
2.1.2. Perjalanan Hidup…………………….……………………...7
2.2       Pemikiran Nushron Wahid Tentang Tafsir ………..………….......8
2.2.1.      Metode Tafsir Nushron Wahid ….………………..............8
2.2.1.1 Definisi Bir Ro'yi ….………………………….....10
2.2.1.2. Metode Tafsir Bir Ro'yi Nushron Wahid……….10
BAB III TAFSIR AL QUR'AN DAN BAGAIMANA ULAMA MENAFSIRKAN……………………………………………………………...…12
3.1.            Pengertian Tafsir………………………………………………....12
3.1.1. Secara Bahasa ………………………………………….….12
3.1.2. Secara Istilah ……………………………………………...12
3.2.            Bagaimana Menafsirkan Al Qur'an……....................................... 12
3.3.            Siapa Yang Berhak Menafsirkan................................................... 13
BAB IV   KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN NUSHRON WAHID …..……. 16
4.1.     Kritik Terhadap Metode Tafsir Bir Ro'yi Nushron Wahid……… 16
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………... 20
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 20
5.2. Saran ……………………………………………………………….. 21
5.3. Penutup …………………………………………………………….. 21
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 22

 
 BAB I
PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG

Tafsir sebagaimana kita ketahui telah dilakukan sejak zaman Rasulullah yang mana tafsir telah berkembang pesat seiring perkembangan zaman.Dengan berjalannya waktu tafsir mengalami perubahan metode sehingga banyak terjadinya ikhtilaf atau perbedaan perdapat diantara para ulama tafsir dalam menafsirkan suatu ayat didalam Al Qur'an.

Akhir-akhir  ini kita mendapati adanya kabar yang sedang menjadi topic trendy dikalangan muslim Indonesia tentang ungkapan seorang Nushron Wahid yang menanggapi pidato Basuki Tjahaja Purnama yang menghina surat Al-Maidah ayat 51.Disini kita dapat mengamati bahwa ungkapan yang telah diutarakan Nushron Wahid adalah salah,sebagaimana kita ketahui dengan apa yang telah Nushron sampaikan pada acara ILC TV One 11 Oktober 2016 lalu.

                Didalam kesempatan tersebut Nushron juga telah menjelek-jelekkan ulama tafsir,sehingga ungkapan ini sempat membuat suasana dalam acara ILC 11 Oktober tersebut memanas.Nushron Wahid lebih mendahulukan tafsir Bir Ro'yi dan Hermeneutika dalam menafsirkan surat al maidah ayat 51,oleh karenanya dalam kesempatan kali ini penulis akan mencoba mengkritisi tafsir yang diambil Nushron Wahid dalam mentafsirkan surat Al Maidah ayat 51 tersebut.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Gagasan Nushron Wahid Tentang Tafsir ?
2.      Apa Itu Tafsir Al Qur'an Dan Bagaimana Ulama Menfsirkan ?
3.      Apa Kritik Terhadap Pemikiran Nushron Wahid ?
1.3  TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Menjelaskan pemikiran nushron wahid tentang tafsir
2.      Menjelaskan dan memaparkan pendapat para ulama tentang penafsiran suatu ayat.



 BAB II
GAGASAN NUSHRON WAHID TENTANG TAFSIR
2.1  BIOGRAFI
2.1.1. NAMA
Nama Lengkap : Nusron Wahid
Tempat/ Tanggal Lahir : Kudus, Jumat, 12 Oktober 1973
2.1.2.  PERJALANAN HIDUP
Nusron Wahid, S.S. adalah seorang politikus kelahiran Kota Kudus pada 12 Oktober 1973. Ia merupakan anggota Partai Golkar yang juga memenangkan pemilu legislatif dari partai berlambang pohon beringin tersebut. Bermodalkan dukungan dari 13.157 suara rakyat Kudus,ia berangkat ke Senayan sebagai anggota komisi VI di DPR RI.Di komisi ini ia bertugas sebagai pengawas kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, UKM dan BUMN, dan Standardisasi Nasional.
Pada Bulan Januari 2011 namanya dikenal karena terpilihnya ia sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang berafiliasi dengan organisasi agama terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.
Setelah resmi terpilih, ia mencoba untuk mengembangkan unit usaha sebagai pondasi ekonomi dalam menjalankan organisasi. Oleh karena itu, semua unit usaha yang dilakukan oleh kader Ansor digalakkan untuk membangun organisasi yang maksimal.
Selain ranah ekonomi, Nusron juga memperkuat kaderisasi anggotanya untuk mempersiapkan kader-kader penerus di organisasinya tersebut. Selain itu, Majelis Dzikir juga ditingkatkan keberadaannya oleh politisi muda dari partai Golkar ini.[1]

2.2 Pemikiran Nushron Wahid Tentang Tafsir

2.2.1 Metode Tafsir Nushron Wahid
Apabila kita menerawang perkataan Nushron Wahid dalam acara ILC 11 Oktober 2016 lalu Nusron menyebutkan bahwa Allah dan Rasulullah adalah orang yang paling tahu isi dan kandungan surat Al Maidah ayat 51.“Yang namanya Alquran yang paling sah untuk menafsirkan yang paling tahu tentang Alquran itu sendiri adalah Allah AWT dan Rasulullah” ungkap Nusron.[2]
Ini menunjukkan bahwa Nushron menggunakan tafsir Bir Ro’yi dalam menafsirkan surat Al Maidah ayat 51. Tak hanya itu saja dalam pembicaraan Nusron juga menyebutkan tak ada satu orang yang bisa menafsirkan Alquran. “Bukan Majelis Ulama Indonesia, Bukan Ahmad Dhani, bukan Daniel Simanjuntak, bukan juga saya, karena kebenaran itu datangnya dari Allah SWT,” tandasnya. Dengan ungkapan Nushron diatas menunjukkan bahwa Nushron tak segan-segan menjelek-jelekkan ulama tafsir baik ulama salaf maupun ulama kontenporer.
Lalu untuk MUI yang telah melayangkan surat kepada Ahok untuk melakukan permintaan maaf  kepada publik juga ikut di bahas dalam acara ILC 11 Oktober 2016. Nusron menyebutkan bahwa seharusnya MUI mengundang Ahok untuk berdialog dan memberikan keterangan.
“Ayat Al  Maidah tak ada kaitannya dengan politik,” ungkap Nusron saat berada di acara yang dipandu oleh Karni Ilyas. “MUI hari ini membuat keterangan itu yang katanya dijadikan lisensi. Apakah sudah melakukan tabayyun?” tandas Nusron.[3] Ini menunjukan bahwa Nushron mengingkari adanya syare’at dan keyakinan bahwa hukum Al Qur’an mencakup  seluruh perbuatan manusia.

2.2.1.1 Definisi Bir Ro'yi

Tafsir bil ra’yi ialah pejelasan-penjelasan yang bersendi kepada ijtihad dan akal, berpegang kepada kaidah-kaidah bahasa dan adat istiadat orang arab dalam mempergunakan bahasanya.[4]
Dalam buku tafsir dan ilmu tafsir jurusan keagamaan Riana Fatmati,S.TH.I menyebutkan tafsir bi Ar Ro’yi adalah metode penafsiran ayat-ayat Al Qur’an yang didasarkan atas sumber ijtihad dan pemiiran mufassir terhadap tuntutan kaidah bahasa arab dan kesusastraannya,teori ilmu pengetahuan,setelah dia menguasai sumber-sumber tersebut.5

2.2.1.2. Metode Tafsir Bir Ro'yi Nushron Wahid
Statement Nusron Wahid di ILC TV One (11/12/16) mengaku bahwa dia seorang yang pernah belajar sastra dan tafsir di salah satu perguruan tinggi Islam, namun pada kenyataannya teori yang dikemukakannya berdasarkan analisa teks bertolak belakang dengan teori sesungguhnya.
Dia katakan bahwa sebuah teks hanya diketahui oleh pemilik teks dan hanya pembuatnya yang berhak menafsirkannya. Jika demikian teks al-Qur’an hanya benar-benar diketahui oleh Allah semata dan hanya Allah yang mutlak menafsirkan, lantas apa gunanya al-Qur’an diturunkan jika tidak bisa dipahami ?.
Nusron Wahid mengatakan: “Saya ingin menegaskan di sini, yang namanya teks apapun itu bebas tafsir. Bebas makna. Yang namanya Al Quran yang paling sah untuk menafsirkan, yang paling tahu tentang Al Quran itu sendiri adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Bukan Majelis Ulama Indonesia.”6 Ungkapan nushron diatas menunjukkan bahwa dia mengedepankan tafsir Bir Ro’yi akan tetapi secara ngawur.

BAB III 
 Tafsir Al Qur'an Dan Bagaimana Ulama Menafsirkan 

3.1 PENGERTIAN TAFSIR
3.1.1. Secara Bahasa
Secara bahasa tafsir berwazan dari kata dasar al fasr yang berarti menjelasan atau menyingkap makna yang abstra atau at tafsir suatu ilmu yang digunakan dokter untuk mengetahui penyakit.[5]
3.1.2.      Secara Istilah  
Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara mengucap lafald Al Qur’an,makna yang ditunjukkan dan hukum-hukumnya,baik ketika berdiri sendiri/tersusun serta makna-makna yang memungkinkannya ketika dalam keadaan tersusun.[6]

3.2 BAGAIMANA MENAFSIRKAN AL QUR'AN
Telah banyak kita lihat kaum muslimin dengan gampangnya mengambil satu ayat Al-Qur'an dari Al-Qur'an terjemahan, kemudian menafsirkan ayat tersebut berdasarkan akal dan perasaannya. Ini adalah penyimpangan yang sangat besar, karena dalam menafsirkan Al-Qur'an dibutuhkan kaidah-kaidah tertentu, belum lagi harus terpenuhinya syarat-syarat yang dapat menjadikannya mufassir (orang yang menafsirkan Al-Qur'an).
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin (rahimahullah) dalam kaedah-kaedah dalam menafsirkan Al-Qur'an.
Tafsir Al Quran dirujuk kepada referensi berikut:
A.      Kalamullah ta’ala (Al Quran –pent.)
B.      Ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
C.      Ucapan Sahabat radhiyallaahu ‘anhum
D.     Ucapan Para Tabi’in yang perhatian dengan pengambilan tafsir dari para sahabat radhiyallaahu ‘anhum.
E.       Apa yang merupakan konsekuensi kata-kata tersebut, apakah dimaknai secara syar’i atau lughawi (secara bahasa), tergantung dengan konteksnya.[7]
3.3 SIAPA YANG BERHAK MENAFSIRKAN
            Sungguh menafsirkan Al-Quran tanpa landasan ilmu merupakan dosa besar yang sangat berat ancamannya. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa yang berkata tentang Al-Quran tanpa landasan ilmu hendaknya ia menempati posisinya di neraka.” (HR At-Tirmidzi [2874])
Orang yang terpenuhi pada dirinya syarat-syarat mufassir diperbolehkan untuk menafsirkan Al-Quran sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Akan tetapi jika seseorang tidak dapat mencapai kriteria syarat-syarat mufassir, maka sikap yang mesti diambil adalah mengikuti penafsiran para ulama yang berkompeten dalam bidang ini; bukan malah berani membuat model tafsir baru alias bid‘ah sehingga menimbulkan kerancuan (syubhât) dalam memahami Islam.
Menafsirkan al-Quran merupakan amanah yang berat. Oleh karena itu, tidak setiap orang memiliki kemampuan untuk mengemban amanah tersebbut. Siapa saja yang ingin menefsirkan al-Qur’an harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adanya persyaratn ini merupakan suatau hal yang wajar dalam semua bidang ilmu, demikian juga halnya dengan tafsir al-Qur’an, syarat yang ketet mutlak diperlukan agar tidak terjadi kesalahan atau kerancuan dalam penafsiran.[8]
Dr. Muhammad ‘Ali al-Hasan dalam kitab beliau al-Manar fi ‘Ulumil Qur’an Ma’a Madkhal fi Ushulit Tafsir wa Mashadirih menyebutkan beberapa hal yang harus dimiliki seseorang untuk bisa menafsirkan al-Qur’an, yaitu:
1.      Shahihnya aqidah si mufassir
2.      Menguasai ilmu bahasa Arab
3.      Menguasai ilmu ushul fiqih
4.      Menguasai ilmu ushuluddin
5.      Menguasai ulumul Qur’an
6.      Mengetahui hadits-hadits Nabi yang berisi tafsir terhadap ayat-ayat  al-Qur’an
7.      Mengetahui tafsir shahabat
Inilah hal-hal yang wajib dimiliki oleh seseorang, hingga ia layak dan boleh menafsirkan al-Qur’an. Jika tidak, haram baginya menafsirkan al-Qur’an, dan jika ia tetap memaksakan diri menafsirkan al-Qur’an, maka ia telah terjatuh ke jurang kesesatan.[9]


BAB IV 
 KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN NUSHRON WAHID
Dalam pembahasan Bab IV ini, penulis berusaha untuk meluruskan gagasan atau pendapat nushron wahid dalam tafsir.
4.1.     Kritik Terhadap Metode Tafsir Bir Ro'yi Nushron Wahid
Dapat kita ketahui bahwa Nushron Wahid menggunakan tafsir Bir Ro’yi yang ngawur.Berangkat dari beragam penafsiran dan penjelasan ulama, maka kami –yang semoga Allah maafkan dan beri hidayah- sendiri tidak serta merta menyangkal penerjemahan ‘awliya’ sebagai ‘teman setia’. Justru makna tersebut semakin menekankan akan tidak bolehnya menjadikan orang kafir (entah Yahudi, Nashrani, Budha, Hindu, Atheis dan lainnya) sebagai pemimpin. Jika jadi teman setia saja dilarang, maka bagaimana jadi pemimpin? [10]
“barang siapa yang menafsirkan al-Qur’an menurut pendapatnya sendiri, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka” (HR. Muslim) 
Allah berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
“janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (al-Isra: 36).Umar bin Khaththab berkata: “berprasangka buruklah kepada pendapatmu sendiri dalam urusan agama”[11]
Menurut pendapat saya Nushron menggunakan tafsir Bir Ro’yi dengan cara ngawur karena memiliki tujuan tersendiri.Nushron melakukannya tak lain hanyalah aksi loyalitasnya untuk mendukung Ahok sehingga,bagaimana lagi Nushron harus menggunakan dalil-dalil dalam menyanggah pendapat-pendapat yang memojokkan Ahok karena telah menistakan agama Islam dengan menggunakan surat Al Maidah ayat 51.
Seperti yang dia katakana dalam tulisannya. "Jadi, yang dituju atau dimaksud Ahok adalah orang yang membohongi. Bukan berarti ayat Al Maidah yang bohong," kata Nusron Wahid dalam keterangan tertulis, Jumat (7/10/2016).
"Justru Ahok menempatkan ayat suci secara sakral dan adilihung. Bukan alat agitasi dan kampanye yang mendeskreditkan," ujarnya.
Sedangkan dalam buku ‘penjelasan pembatal-pembatal keislaman’,Syaikh Sulaiman Nashir Ulwan menyatakan” Ini adalah peringatan Allah SWT dan ancaman keras bagi orang-orang yang mengikuti agama orang kafir.tidak ada wali dan penolong yang dia miliki selain Allah dan Nabi SAW telah memerintahkan untuk memisahkan diri dari orang-rang musyrik,agar tidak menjadi bagian dari mereka.Beliau bersabda: ”saya berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal bersama orang-orang musyrik”.Para sahabat bertanya,”wahai rasulullah,mengapa demiian?”.Beliau menjawb:”janganlah kamu hadapkan dua yang berbeda.”
Dua hal yang berbeda itu adalah satu menyeru pada Allah dan yang lain menyeru kepada setan.
Nusron menyebutkan bahwa Allah dan Rasulullah adalah orang yang paling tahu isi dan kandungan surat Al Maidah ayat 51. “Yang namanya Al Quran yang paling sah untuk menafsirkan yang paling tahu tentang Al Quran itu sendiri adalah Allah AWT dan Rasulullah”      ini menunjukkan Nushron telah tesusupi pikiran Liberalisme.
Statement Nusron Wahid di ILC TV One (11/12/16) mengaku bahwa dia seorang yang pernah belajar sastra dan tafsir di salah satu perguruan tinggi Islam, namun pada kenyataannya teori yang dikemukakannya berdasarkan analisa teks bertolak belakang dengan teori sesungguhnya.
Dia mengatakan bahwa sebuah teks hanya diketahui oleh pemilik teks dan hanya pembuatnya yang berhak menafsirkannya. Jika demikian teks al-Qur’an hanya benar-benar diketahui oleh Allah semata dan hanya Allah yang mutlak menafsirkan, lantas apa gunanya al-Qur’an diturunkan jika tidak bisa dipahami?.
Nusron Wahid mengatakan: “Saya ingin menegaskan di sini, yang namanya teks apapun itu bebas tafsir. Bebas makna. Yang namanya Al Quran yang paling sah untuk menafsirkan, yang paling tahu tentang Al Quran itu sendiri adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Bukan Majelis Ulama Indonesia.”
Teks apa pun bebas tafsir? Lalu apakah yang dimaksud  Al Quran bebas tafsir sehingga siapa pun bebas menafsirkannya karena yang paling tahu tentang Al Quran adalah Allah dan RasulNya?
Justru karena yang paling tahu tentang Al Quran adalah Allah dan RasulNya, maka Al Quran tidak bebas tafsir dan tidak bebas makna. Tetapi tafsirnya harus sesuai dengan firman Allah (Al Quran) dan sabda Rasulullah (hadits). Dan yang paling tahu tentang Al Quran dan hadits adalah para ulama. Bukan sembarang orang. Dan karenanya ada syarat yang berat bagi seseorang (ulama) yang ingin menjadi mufassir Al Quran. 
Tidak lantas dengan alasan bebas tafsir siapapun boleh menafsirkan lalu tidak ada benar dan salah. 
Sungguh menafsirkan Al-Quran tanpa landasan ilmu merupakan dosa besar yang sangat berat ancamannya. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa yang berkata tentang Al-Quran tanpa landasan ilmu hendaknya ia menempati posisinya di neraka.” (HR At-Tirmidzi [2874]). [12]
Gagasan Nushron Wahid Tentang Tafsir seperti apa yang telah dipaparkannya pada acara ILC TV One bahwa tidak ada yang dapat menafsirkan al qur’an kecuali Allah dan Rasulullah.begitu pula pernyataannya dalam menafsirkan kata auliya’ dalam surat al maidah ayat 51.Ungkapan ini sesungguhnya dapat kita jadikan senjata untuk memutar balikkan pandangannya.dimana sudah kita dengarkan ungkapan nushron bahwa tidak ada yang dapat menafsirkan al qur’an kecuali Allah dan Rasulullah ini menunjukkan ketidak pahamannya tentang tafsir sedangkan dikesempatan lain Nushron memaparkan pendapatnya tentang tafsi makna auliya’ dalam surat Al Maidah ayat 51.Bukankah Nushron telat menjilat perkataannya sendiri,tanpa ia sadari bahwa dia telah mentafsirkan kata auliya’ itu sendiri.Ini menunjukkan bahwa Nushron tidak memiliki pendirian dalam menyikapi persoalan.wallahu a’lam


      BAB V
           PENUTUP
1.1  KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan dalam pembahasan membongkar kebohongan nushron wahid, maka dapat penulis simpulkan beberapa hal yaitu:
Pertama, pemikiran nushron wahid tentang tafsir adalah salah dan bertentangan dengan para ulama, secara ringkas sebagai berikut:
1.      Dalil yang menjadi sandaran nushron wahid dalam pandangannya yakni tafsir bir ro’yi yang tidak didasari oleh nas yang shohih.
2.      Gagasan Nushron Wahid Tentang Tafsir seperti apa yang telah dipaparkannya pada acara ILC TV One bahwa tidak ada yang dapat menafsirkan al qur’an kecuali Allah dan Rasulullah.begitu pula pernyataannya dalam menafsirkan kata auliya’ dalam surat al maidah ayat 51.ini menunjukkan ketidak pahamannya tentang tafsir.
3.      Tafsir Al Qur'an Secara Bahasa adalah tafsir berwazan dari katadasar al fasr yang berarti menjelasan atau menyingkap makna yang abstra.Secara Istilah Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara mengucap lafald alqur’an,mkna yang ditunjukkan dan hukum-hukumnya,baik ketika berdiri sendiri/tersusun serta makna-makna yang memungkinkannya ketika dalam keadaan tersusun.
4.      Cara Ulama Menfsirkan
1)      Kalamullah ta’ala (Al Quran –pent.)
2)      Ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
3)      Ucapan Sahabat radhiyallaahu ‘anhum
4)      Ucapan Para Tabi’in yang perhatian dengan pengambilan tafsir dari para sahabat radhiyallaahu ‘anhum.
5)      Apa yang merupakan konsekuensi kata-kata tersebut, apakah dimaknai secara syar’i atau lughawi (secara bahasa)
1.2. SARAN
Penulis sampaikan bahwa tulisan ini masih banyak sekali yang perlu dilengkapi dan diperbaiki. Banyak persoalan yang belum terbahas dan terpecahkan. Tentu hal itu membutuhkan waktu untuk merealisasikannya.
Kelemahan serta kekurangan pastilah ada karena itu sudah menjadi sifat manusia.Penulis juga belum secara sempurna menerangkan syubhat yang terjadi serta membahtahnya dengan pendapat para ulama.
Saran bagi penulis pribadi agar bisa melengkapi jika Allah Subahanahu wa Ta’ala mengizinkan. Akan tetapi jika hal itu tidak memungkinkan, harapan penulis bagi generasi selanjutnya untuk bisa melengkapinya dengan menyajikan data-data yang lebih valid.Semoga Allah selalu memberkahi dan merahmati setiap apa yang telah diushakan setiap diri kaum muslimin. Aamiin.
1.3. PENUTUP
Tiada kata lain yang pantas terucap dari lisan penulis selain lantunan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Al-hamdulillahi Robbil ‘Alamin yang melimpahkan kekuatan dan kemampuan serta kesempatan untuk hamba-Nya yang lemah ini, sehingga tanpa izin dan rahmat-Nya tidak akan selesai makalah ini meski sangat jauh dari kesempurnaan.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak didapat kesalahan dan kekurangan.Dengan kelapangan dada, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini, demi tercapainya ilmu yang dimaksud. Atas kekurangan tersebut penulis meminta maaf dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
DAFTAR PUSTAKA
13.  Syaikh Sulaiman Nashir Ulwan,Syaikh Safar Al-Hawali. 2014. Penjelas Pembatal-Pembatal Keislaman. Cet 1. Inas Media.
14.  Fatmawati,S.TH.I,Riana.2016.Tafsir Dan Ilmu Tafsir Jurusan Agama.Al mukmin Ngruki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar