Kamis, 17 Agustus 2017

Red Zone Dibalik Hoax





RED ZONE DIBALIK HOAX
Oleh :
Ihda Husna Yaini
Uswatun Hasanah
Fakultas Ilmu fiqih dan Ushul Fiqih
Ma’had ‘Aly Hidayaturrahman
Sragen

Siapa yang tak kenal dengan istilah hoax ??. Ya, hoax akhir-akhir  ini telah menjadi maindstreme yang sedang buming dikalangan netizen dunia maya. Tak heran jika istilah hoax melecut menjadi topik tren saat ini, dikarenakan banyak web atau akun yang sengaja membuat berita-berita yang tidak benar serta dibalut dengan sedikit hiasan agar nampak bahwa narasi tersebut memang benar-benar sebuah fakta. Kemudian narasi tersebut disebarkan secara luas agar dapat diakses dengan cepat oleh pengguna social media. Bahkan pemerintah mulai panik menghadapi isu ini dan sempat membuat banyak kebijakan mengenai isu hoax yang mungkin bisa dinilai berlebih.
Apa Itu  Hoax
            Hoax berasal dari Bahasa inggris yang berarti berita bohong atau dusta. Hoax mempunyai makna yaitu membuat sebuah narasi yang tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya.
Hoax merupakan sebuah istilah yang sudah ada sejak perang dunia ke dua. Alat ini dijadikan sebagai salah satu strategi perang kala itu, yang menitik beratkan pada politik ekonomi dan komunikasi. Istilah ini juga dikenal sebagai alat kapitalisme digital modern. Hoax sendiri menjadi eksis hingga hari ini bukan dari hoax itu sendiri, akan tetapi dengan kemudahannya dan kecepatan penyebarannya. Bahkan istilah ini sudah menjadi sebuah bisnis yang sangat menguntungkan dan menghasilkan banyak uang.
HOAX
Bila dikaitkan tentang islam isu hoax sendiri sudah ada sejak 1400 an tahun yang lalu. Istilah ini sebenarnya telah ada dan sempat membuming pada masa nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam. Isu hoax  ketika itu terjadi pada keluarga nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, dimana kejadian ini disebut sebagai Haditsul Ifki ( حديث الافك ). Isu hoax terjadi ketika istri rasul ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha di tuduh telah melakukan perbuatan keji bersama seorang sahabat yang bernama shafwan bin mu’atthal saat perjalanan pulang dari perang perang Bani Mustahliq. Kejadian ini sempat membuat sock nabi saw kala itu dan membuat geger dikalangan sahabat. Ternyata berita hoax ini dilakukan oleh orang-orang munafiq yang bertujuan  untuk membuat kegaduhan dikalangan sahabat.
Apa Sebenarnya Akibat Indikasi Hoax
Sebagaimana kita lihat akhir-akhir ini  isu hoax menyebar luas bagaikan angin tornado yang menghempas penguna social media. Hoax seakan telah menciptakan warna-warni  narasi yang menarik banyak perhatian dari para khalayak di berbagai tempat maupun usia. Hoax sendiri akan berdampak lebih buruk jika bersumber dari media.
Seperti hal nya kegoncangan ekonomi pada suatu negara, para pelaku jurnalis narasi hoax akan memproduksi berbagai info-info yang kurang valid. Sehingga masyarakat menjadi simpang-siur dalam menyikapi permasalahan ekonomi tersebut. Bila kami katakan hoax sendiri ber makna sebuah kabar yang belum jelas kebenarannya dan perlu di tabayun kan atau dicari fakta sesungguhnya. Saat ini masih banyak masyarakat yang terlebih dahulu mempercayai suatu kabar yang sebenarnya hoax, tanpa mencari kepastian kebenarnnya. Bahkan kadang akan terjadi percecokan dan perselisihan antar masyarakat karena adanya narasi hoax ini.
Kepada Siapakah Tirai Hoax Ditujukan
            Menimbang adanya kepanikan yang diakibatkan adanya hoax. Seperti apa yang telah dilakukan oleh para jurnalis profesional media baik di dunia pada umumnya ataupun  di Indonesia pada khususnya, sehingga pemerintah membuat kebijakan dan undang-undang hukum tentang hal ini. Adapun pemerintah Indonesia telah menetapkan banyak kebijakan-kebijakan hukum untuk pembuat isu hoax .
Begitu pula para jurnalis media terselubung akhir-akhir ini telah menggaungkan gerakan “Anti Hoax”, padahal sesungguhnya merekalah para hoaxers sesungguhnya. Dan sekarang ini yang menjadi keheranan ialah kepada siapakah sesungguhnya cover hoax ini ditujukan ?.
Dengan adanya koflik politik yang sedang hangat di Indonesia saat ini menjadikan banyak jurnalis ahli hoax di Indonesia lebih kreatif dalam menjalankan misinya. Sebenarnya adanya realita tidak harus di buat-buat karena cara pandang masyarakat ketika menilai sesuatu sudah dengan sendirinya mereka tahu kemana ranah hoax ditujukan.
Jika demikian mungkinkah dibelakang layar ada seorang sutradara yang mempunyai sebuah tujuan khusus terhadap pembuatan film dokumenter tentang isu hoax yang mungkin bias diberi nama sebagai Hoax Undercover?. Sehingga para jurnalis hoax senang memerankan drama ini demi kepentingan perutnya dan orang-orang yang berada disekitarnya.
Apabila kita menilik kebelakang sesungguhnya gaungan ini ditujukan kepada sekelompok mayoritas orang yang sedang disudutkan pada hari ini dengan dalih pembuat hoax terhebat dinegeri ini. Namun apa daya dengan sekuat tenaga apapun yang dikerahkan oleh kelompok tersebut sebagai upaya membela kebenaran yang bersifat demokrasi seakan tidak akan pernah mendapat respon positif oleh pemerintah sampai kapanpun. Padalah negeri ini telah menobatkan diri sebagai kelompok muslim mayoritas dan yang terbesar di dunia.
Bukankah para pembuat hoax terhebat ialah mereka yang mempunyai data-data valit tentang negeri ini?. Yaitu mereka yang telah memiliki seluruh peralatan untuk berbohong. Data statistik, intelijen, dan media besar pun mereka miliki. Sehingga mudah bagi mereka membolak-balik data dan mengolah sesuai kebutuhan seperti apa yang di inginkan atasannya.  
Oleh sebab itu kita sebagai warga NKRI, hendaklah berhati-hati dalam mengambil kesimpulan dari berita-berita hoax hari ini. Alangkah baiknya kita memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah. Tidak hanya sekedar menelan narasi secara mentah-mentah tanpa ber tabayyun secara pasti, sehingga tidak terkecoh dengan isu hoax yang dibuat oleh para jurnalis terselubung tersebut.
Begitu pula untuk pemerintah sebagai pemegang kekuasaan kedaulatan tertinggi, hendaknya tegas dan lebih teliti dalam menetapkan tersangka isu hoax yang sebenarnya. Tidak asal dalam menitik beratkan pada satu kelompok yang berusaha menjunjung tinggi sebuah kebenaran, akan tetapi balik dituduh sebagai pembuat hoax terhebat. Agar masyarakat tidak simpang siur dalam menerima berita, sehingga masyarakat akan lebih percaya dengan info yang diberikan.Wallahu A'lam Bis Showab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar