RED ZONE DIBALIK HOAX
Oleh :
Ihda Husna Yaini
Uswatun Hasanah
Fakultas Ilmu fiqih dan Ushul
Fiqih
Ma’had ‘Aly
Hidayaturrahman
Sragen
Siapa yang tak kenal dengan istilah hoax ??. Ya, hoax
akhir-akhir ini telah menjadi maindstreme
yang sedang buming dikalangan netizen dunia maya. Tak heran jika istilah
hoax melecut menjadi topik tren saat ini, dikarenakan banyak web atau
akun yang sengaja membuat berita-berita yang tidak benar serta dibalut dengan
sedikit hiasan agar nampak bahwa narasi tersebut memang benar-benar sebuah
fakta. Kemudian narasi tersebut disebarkan secara luas agar dapat diakses dengan
cepat oleh pengguna social media. Bahkan pemerintah mulai panik menghadapi
isu ini dan sempat membuat banyak kebijakan mengenai isu hoax yang
mungkin bisa dinilai berlebih.
Apa Itu Hoax
Hoax berasal dari Bahasa inggris yang
berarti berita bohong atau dusta. Hoax mempunyai makna yaitu membuat
sebuah narasi yang tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya.
Hoax merupakan sebuah istilah yang sudah
ada sejak perang dunia ke dua. Alat ini dijadikan sebagai salah satu strategi
perang kala itu, yang menitik beratkan pada politik ekonomi dan komunikasi.
Istilah ini juga dikenal sebagai alat kapitalisme digital modern. Hoax
sendiri menjadi eksis hingga hari ini bukan dari hoax itu sendiri, akan
tetapi dengan kemudahannya dan kecepatan penyebarannya. Bahkan istilah ini
sudah menjadi sebuah bisnis yang sangat menguntungkan dan menghasilkan banyak uang.
HOAX
Bila dikaitkan tentang islam isu hoax sendiri sudah ada sejak
1400 an tahun yang lalu. Istilah ini sebenarnya telah ada dan sempat membuming
pada masa nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam. Isu hoax ketika itu terjadi pada keluarga nabi Muhammad
sallallahu ‘alaihi wasallam, dimana kejadian ini disebut sebagai Haditsul
Ifki ( حديث الافك ). Isu hoax
terjadi ketika istri rasul ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha di
tuduh telah melakukan perbuatan keji bersama seorang sahabat yang bernama
shafwan bin mu’atthal saat perjalanan pulang dari perang perang Bani Mustahliq.
Kejadian ini sempat membuat sock nabi saw kala itu dan membuat geger
dikalangan sahabat. Ternyata berita hoax ini dilakukan oleh orang-orang
munafiq yang bertujuan untuk membuat kegaduhan
dikalangan sahabat.
Apa Sebenarnya Akibat Indikasi Hoax
Sebagaimana kita lihat akhir-akhir ini isu hoax menyebar luas bagaikan angin
tornado yang menghempas penguna social media. Hoax seakan telah
menciptakan warna-warni narasi yang
menarik banyak perhatian dari para khalayak di berbagai tempat maupun usia. Hoax
sendiri akan berdampak lebih buruk jika bersumber dari media.
Seperti hal nya kegoncangan ekonomi pada suatu negara, para pelaku jurnalis
narasi hoax akan memproduksi berbagai info-info yang kurang valid.
Sehingga masyarakat menjadi simpang-siur dalam menyikapi permasalahan ekonomi
tersebut. Bila kami katakan hoax sendiri ber makna sebuah kabar yang
belum jelas kebenarannya dan perlu di tabayun kan atau dicari fakta sesungguhnya. Saat ini masih banyak
masyarakat yang terlebih dahulu mempercayai suatu kabar yang sebenarnya hoax,
tanpa mencari kepastian kebenarnnya. Bahkan kadang akan terjadi percecokan dan
perselisihan antar masyarakat karena adanya narasi hoax ini.
Kepada Siapakah Tirai Hoax Ditujukan
Menimbang adanya kepanikan yang diakibatkan adanya hoax. Seperti
apa yang telah dilakukan oleh para jurnalis profesional media baik di dunia
pada umumnya ataupun di Indonesia pada
khususnya, sehingga pemerintah membuat kebijakan dan undang-undang hukum tentang
hal ini. Adapun pemerintah Indonesia telah menetapkan banyak
kebijakan-kebijakan hukum untuk pembuat isu hoax .
Begitu pula para jurnalis media terselubung akhir-akhir ini telah menggaungkan
gerakan “Anti Hoax”, padahal sesungguhnya merekalah para hoaxers sesungguhnya. Dan sekarang ini yang
menjadi keheranan ialah kepada siapakah sesungguhnya cover hoax ini
ditujukan ?.
Dengan adanya koflik politik yang sedang hangat di Indonesia saat
ini menjadikan banyak jurnalis ahli hoax di Indonesia lebih kreatif
dalam menjalankan misinya. Sebenarnya adanya realita tidak harus di buat-buat
karena cara pandang masyarakat ketika menilai sesuatu sudah dengan sendirinya mereka
tahu kemana ranah hoax ditujukan.
Jika demikian mungkinkah dibelakang layar ada seorang sutradara
yang mempunyai sebuah tujuan khusus terhadap pembuatan film dokumenter tentang
isu hoax yang mungkin bias diberi nama sebagai Hoax Undercover?. Sehingga para jurnalis hoax senang
memerankan drama ini demi kepentingan perutnya dan orang-orang yang berada
disekitarnya.
Apabila kita menilik kebelakang sesungguhnya gaungan ini ditujukan kepada
sekelompok mayoritas orang yang sedang disudutkan pada hari ini dengan dalih
pembuat hoax terhebat dinegeri ini. Namun apa daya dengan sekuat tenaga
apapun yang dikerahkan oleh kelompok tersebut sebagai upaya membela kebenaran
yang bersifat demokrasi seakan tidak akan pernah mendapat respon positif oleh
pemerintah sampai kapanpun. Padalah negeri ini telah menobatkan diri sebagai
kelompok muslim mayoritas dan yang terbesar di dunia.
Bukankah para pembuat hoax terhebat ialah mereka yang
mempunyai data-data valit tentang negeri ini?. Yaitu mereka yang telah memiliki
seluruh peralatan untuk berbohong. Data statistik, intelijen, dan media besar pun
mereka miliki. Sehingga mudah bagi mereka membolak-balik data dan mengolah
sesuai kebutuhan seperti apa yang di inginkan atasannya.
Oleh sebab itu kita sebagai warga NKRI, hendaklah berhati-hati
dalam mengambil kesimpulan dari berita-berita hoax hari ini. Alangkah
baiknya kita memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah. Tidak hanya
sekedar menelan narasi secara mentah-mentah tanpa ber tabayyun secara
pasti, sehingga tidak terkecoh dengan isu hoax yang dibuat oleh para
jurnalis terselubung tersebut.
Begitu pula untuk pemerintah sebagai pemegang kekuasaan kedaulatan
tertinggi, hendaknya tegas dan lebih teliti dalam menetapkan tersangka isu hoax
yang sebenarnya. Tidak asal dalam menitik beratkan pada satu kelompok yang
berusaha menjunjung tinggi sebuah kebenaran, akan tetapi balik dituduh sebagai
pembuat hoax terhebat. Agar masyarakat tidak simpang siur dalam menerima
berita, sehingga masyarakat akan lebih percaya dengan info yang diberikan.Wallahu A'lam Bis Showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar