Kamis, 17 Agustus 2017

Selembar kisah Salim Bin Abdullah Bin Umar Bin Khattab




بسم الله الرحمن الرحيم

SALIM BIN ABDULLAH BIN UMAR BIN KHATTAB
Oleh : Uswatun Hasanah
Nim : 016.011. 0252
Mata Kuliah : Madkhol Lid Dirosatil Fiqhiyyah
Dosen Pengampu : Ustd Ja’far

Ialah Salim bin Abdullah bin Umar Bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu seorang tabiin yang hidup pada zaman kekhalifahan  bani umayyah.Dimana pada zaman tersebut kekhalifahan islam sedang gemilangnya,sehingga perekonomian menjadi maju dan harta melimpah ruah didalam pemerintahan.Beliau adalah orang yang zuhud dalam keduniaan dan tamak dalam kehidupan akheratnya.
Salim bin Abdullah lahir dikota Madinah Al munawwaroh,beliau adalah cucu al-Faruq Umar bin Khattab ra. Beliau merupakan anak yang paling mirip dengan ayahnya Abdullah bin Umar dalam kezuhudannya.Beliau dibesarkan di bawah asuhan ayahandanya yang zuhud,shawwam-qawwam (ahli shiyam dan ahli shalat malam), yang memiliki tabiat dan akhlak Umar.Sehingga tidak heran bahwa beliu adalah anak yang paling disayang oleh ayahnya,sehingga membuat saudaranya iri atas perlakuan yang diberikan kepadanya.
Disebutkan dalam buku Kisah Para Tabi’in terjemahan dari kitab  عصر التابعين karya Syaikh Abdul Mun’im Al-Hasyimi.Salim adalah keturunan terbaik dari nenek moyang terbaik,dimana ayahnya adalah Abdullah bin Umar yang pernah dido’akan Rasulullah SAW, “sebaik-baik lelaki adalah Abdullah jika dia melaksanakan shalat malam.”maka setelah mendengar sabda nabi tersebut,dia tidak pernah tidur pada waktu malam kecuali hanya sedikit saja.
Salim bin Abdullah mempunyai perangai fisik yang mirip seperti kakeknya Umar bin Khattab ra,seorang yang tegap,kuat,faqih dalam agama,zuhud dan pemberani dalam membela kebenaran.Salim saat itu bertempat tinggal dikota taibah madinah almunawwaroh,yang mana tampuk kekhalifahan dipegang oleh Yazid bin Abdul Malik.Dengan izin Allah kaum muslimin diberi kemakmuran dan harta yang melimpah dalam perekonomian,ketika itu kota tersebut dalam kondisi maju dan kaya raya.
Akan tetapi disaat sebagian manusia terlalaikan oleh keadaan ini,Salim tetap bersikukuh dalam kezuhudannya tentang dunia.Salim tidak terpikat dengan harta seperti yang lain dan tidak menggandrungi keindahan-keindahan yang fana dan sementara.beliau berusaha menghindar dan berpaling dari hal-hal yang fana menuju kenikmatan yang kekal dan abadi.
Salim telah disibukkan dengan akheratnya,sampai suatu saat khalifah Sulaiman sedang berkunjung kemekah untuk menunaikan haji.Saat melakukan thawaf beliau melihat sosok Salim yang sedang bersimpuh didepan ka’bah dengan khusyuk.Lidahnya bergerak melantunkan ayat-ayat al qur’an dan dzikir,sementara air matanya berlinang membasahi baju putihnya.
Disebutkan dalam kitab Hilyatul Auliya’ karya Imam Syafi’i rahimahullah ta’ala,beliau adalah orang yang faqih,khusyu’ dan ahli ibadah.Salim adalah orang yang paling tkut kepada Allah SWT,ada ketawadhu’an pada dirinya,dan hanya mengabdikan diri untuk beribadah dan menyembah Allah ta’ala.
Pada saat Al-Walid bin Abdul Malik menunaikan ibadah haji. Ketika orang-orang telah turun dari Arafah, khalifah menjumpai Salim bin Abdullah bin Umar di Muzdalifah. Ketika itu Ibnu Abdillah mengenakan pakaian ihram.Al-Walid mengucapkan salam dan doa, khalifah memandangi tubuh Salim yang terbuka, tampak begitu sehat dan kekar bagaikan sebuah bangunan yang kokoh.
Al-Walid: “Bentuk tubuh Anda bagus sekali, wahai Abu Umar, apakah makanan Anda sehari-hari?”
Salim: “Roti dan Zaitun dan terkadang daging jika saya mendapatkannya.”
Al-Walid: “Hanya roti dan zaitun?”
Salim: “Benar.”
Al-Walid: “Apakah kamu berselera memakan itu?”
Salim: “Jika kebetulan aku tidak berselera, maka aku tinggalkan hingga lapar hingga saya berselera terhadapnya.”
Salim tak hanya mirip dengan kakeknya, al-Faruq Umar bin Khaththab, dalam bentuk fisik dan kezuhudan terhadap dunia yang fana, namun juga dalam keberaniannya menyampaikan kalimat yang benar meski berat resikonya.
            Kehidupan Salim bin Abdullah bin Umar penuh dengan taqwa,akrab dengan hidayah,menjauhi kesenagan dunia dan godaanya,memperlakukannya sesuai jalan yang diridhoi Allah SWT. Beliau makan makanan keras dan mengenakan pakaian dari bahan yang kasar,bergabung dengan pasukan muslimin untuk menghadapi Romawi, dan selalu berusaha membantu menyelesaikan masalah kaum muslimin.
Selain dalam hal zuhud beliau juga dikenal sebagai ahlu hadits dan fiqihnya.Sungguh dada dan hati Salim telah dipenuhi dengan ilmu agama dan sabda nabi,diajari tentang tafsir dan dididik ditanah yang mulia.
Saat itu, Masjid Nabawi masih padat dengan hadirnya para sahabat. Tatkala pemuda ini masuk, dijumpainya setiap sudut masjid penuh dengan tokoh sahabat yang sudah kenyang dengan ajaran islam dan keharuman kata-kata Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam. Kemana saja dia memandang atau memasang telinga, yang ada hanyalah kebaikan dan kebaikan.
Beruntung sekali Salim mampu memanfaatkan peluang ini.Beliau menghirup ilmu sebanyak mungkin dari tokoh-tokoh sahabat tersebut, di antaranya Abu Yusuf al-Anshari, Abu Hurairah, Abu Rafi, Abu Lubadah, Zaid bin Khathab, di samping ayahandanya sendiri, Abdullah bin Umar. Wajar bila dalam waktu yang tidak terlalu lama, dia sudah dikukuhkan sebagai orang alim, tokoh tabiin dan salah satu fiqih yang menjadi tempat bertanya bagi kaum muslimin di Madinah tentang agama dan syariat, tentang problem agama dan persoalan dunia.
Lebih dari itu, kerap kali para pejabat meminta saran dan pendapat beliau ketika menghadapi masalah. Mereka terkesan dan sangat simpati kepada Salim bin Abdullah bin Umar. Beliau menjadi andalan karena kehalusan budi bahasa dan manisnya tutur kata. Jika para wali dan amir itu menentang pandangannya, jangan harap rakyat Madinah mematuhi mereka.
Sebagai contoh, seperti yang dialami Abdurrahman bin Dhahhak selaku walikota Madinah pada masa khilafah Yazid bin Abdul Malik. Pada masa ini Fathimah binti Husein bin Ali sudah menjanda dengan beberapa putra. Ibnu Dhahhak datang meminangnya, tetapi Fathimah menolaknya dengan halus, namun Ibnu Dhahhak tetap bersikeras. Dia terus mendesak, sementara Fathimah menolak disertai rasa takut.
Fathimah binti Husein mengadukan masalah tersebut kepada Salim bin Abdullah bin Umar. Salim menyarankan beliau agar menulis surat pengaduan kepada Amirul Mukminin tentang gubernurnya yang sewenang-wenang. Agar masalah tersebut dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Fathimah mengikuti saran tersebut dan segera mengutus seseorang menuju Damaskus.
Pengaduan pun diterima oleh Amirul Mukminin yang mengakibatkan digantikannya walikota Madinah Abdurrahman bin Dhahhak oleh walikota yang baru yakni Abdul Wahid bin Bisyr an-Nadhari. Berikut surat pengangkatan gubernur yang ditulis kalifah:

“Dari Amirul Mukminin, Yazid bin Abdul Malik kepada Abdul Wahid bin Bisyr an-Nadhari.

Assalamu’alaikum


“Bersama surat ini saya melantik Anda sebagai gubernur di Madinah. Jika surat ini teah sampai kepada Anda, maka datanglah ke Madinah dan turunkanlah Ibnu Dhahhak dari jabatannya. Perintahkan agar dia membayar denda 40.000 dirham, lalu hukumlah dia hingga aku mendengar teriakannya dari Madinah.”
Legalah hati penduduk Madinah, mereka bersyukur atas pengangkatan gubernur yang baru dan gembira dengan pelaksanaan hukuman bagi Ibnu Dhahhak. Mereka puas lantaran gubernur yang baru ternyata senantiasa berlaku baik kepada rakyat dan tidak mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan melainkan setelah meminta persetujuan para ulama seperti Qasim bin Muhammad dan Salim bin Abdullah bin Umar.Alangkah mulianya khalifah muslimin Yazid bin Abdul Malik yang telah memperjuangkan kaum muslimin dan mendidik pejabat-pejabat yang tangguh demi kejayaan Islam.
Wafatnya Salim bin Abdullah bin Umar Menurut al-Bhukhary dan Abu Nu’aim pada tahun 106 H.Dikutip dalam buku Kisah Para Tabi’in terjemahan dari kitab  عصر التابعين karya Syaikh Abdul Mun’im Al-Hasyimi,pada tahun seratus enam Hijriyah Salim bin Abdullah bin Umar,meninggal dunia.kota rasulullah SAW dan seluruh penduduknya yang beragama islam serta orang-orang pilihan disana pun berduka karena kepergiannya.mereka semua menyerahkan urusannya kepada Allah ta’ala.
Semoga Allah ta’ala melimpahkan rahmatNya kepada Salim,Karena ia adalah keturunan terbaik dari nenek moyang terbaik pula.

Referensi Kitab
1.      suwaru hayatu tabi’in  (صور حياة التابعين).pdf.
2.      hilyatul auliya’ .imam as syafi’I(حلية الاولياء ) .darul kutub al ilmiyah.bairut.
3.      Kisah Para Tabi’in terjemahan dari kitab  عصر التابعين.Syaikh Abdul Mun’im Al-Hasyimi. Jakarta Timur : Ummul Quro,2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar